Subscribe:

Labels

29 Jun 2011

untuk Jogja Kembali Selalu Dikenang Jasa Pak Dirman



Pertempuran 29 Juni 1949 menjadi salah satu momen terpenting bagi Yogyakarta. Pada tanggal itu rakyat Indonesia yang bersenjatakan bambu runcing bersama prajurit keraton berhasil mengusir penjajah Belanda.

Peristiwa itu dikenang dengan Jogja Kembali. Dari peperangan bersejarah itu kemudian berdirilah Monumen Jogja Kembali (Monjali).

Keberhasilan rakyat mengusir penjajah tidak lepas dari jasa-jasa para pahlawan, salah satunya Jenderal Sudirman (Pak Dirman).

Meski jenderal besar itu telah tiada, namun sulit melupakan jasa-jasa besarnya bagi NKRI.

Karena itu dalam memperingati Jogja Kembali ke-62, beberapa pejabat Pemerintahan di Kota Yogyakarta melakukan ziarah ke makam Jenderal Sudirman di Taman Makam Pahlawan, Jalan Kusumanegara, Yogyakarta.

Di antara para pejabat yang hadir adalah Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, Kasrem 072 Pamungkas Kota Yogyakarta Letkol (Inf) Arudji Anwar, Dandim 0734 Kota Yogyakarta Letkol Ananta Wira, Danyonif 403 Wirosodaprati Dam IV Letkol Infanteri Mirza Eka Junaidi, dan Kapolresta Yogyakarta AKBP Mustaqim.

“Peringatan Jogja Kembali tidak dapat dipisahkan dengan Serangan Umum 1 Maret dan peringatan proklamasi kemerdekaan RI,” kata Wali Kota Herry Zudianto, Rabu (29/6/2011).

Dia berharap kepada semua pihak untuk jangan pernah melupakan peristiwa bersejarah itu. Apalagi sejarah Jogja Kembali harus tetap dijaga tidak dilupakan generasi penerus. “Ingat bangsa yang besar tidak akan pernah melupakan pahlawan,” cetusnya.

Hikmah yang dapat diambil dalam peristiwa ini, lanjut Herry, adalah semangat perjuangan untuk bangsa dan negara. Tidak hanya dilakukan untuk saat ini saja, namun juga untuk masa depan generasi selanjutnya.

Herry menambahkan, perjuangan saat ini yang dilakukan harus menyeluruh dan bisa menyentuh semua sektor, seperti keadilan, kemiskinan, kesejahteraan. Namun, pria yang sudah dua periode menjabat wali kota ini menyayangkan sikap generasi muda yang mulai melupakan perjuangan para pahlawan.

“Kondisi saat ini saling terbalik dengan masa lalu. Dulu orang berpikir apa yang bisa dilakukannya untuk bangsa dan negara, tapi saat ini malah kepentingan diri sendiri dan golongan di atas segalanya,” sindir Herry.

Satu hal yang tak boleh berubah, lanjut Herry, semangat juang harus itu tetap dibutuhkan dan tidak boleh digadaikan.

“Pembangunan bangsa membutuhkan sikap kepahlawanan, keseriusan, kegigihan, dan semangat perjuangan tanpa pamrih,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar