BMW yang terlupakan dibangkitkan kembali dari "kuburnya" di sebuah peti penyimpanan. Mengapa? Motor ini tidak sempat diproduksi massal, bahkan tertunda untuk hadir dalam sebuah pameran. Padahal, motor tersebut mencerminkan sejauh mana BMW pernah membuat sepeda motor, yang boleh dibilang terbaik bahkan mendahului zamannya.
Motor itu adalah prototipe BMW R7. Ceritanya diawali dari seorang jurnalis asing yang pada suatu kali mengaku melihat sebuah BMW R7 prototipe tersebut saat berjalan-jalan di sebuah gunung. Dengan berbagai dorongan, MW Mobile Tradition (sekarang bernama BMW Classic), sebuah divisi khusus BMW, mengiyakan restorasi tersebut.
Perakitan ulang kendaraan rancangan Alfred Bouning tahun 1937 ini pun mengungkap keunikan-keunikannya. Salah satunya, BMW R7 tercatat sebagai motor pertama yang menggunakan suspensi teleskopik. Memang, The Scott Motorcycle sudah menggunakan perangkat itu pada 1908. Namun, suspensi tersebut dinilai tidak berfungsi semestinya, jauh dari apa yang ada pada R7 ini.
Keunikan lainnya, desain "cangkang" yang terpasang dari area setang dan berakhir di poros roda belakang. Di dalamnya tersimpan mesin dan sistem kelistrikan.
Yang tak kalah unik, lampu rem yang bahkan ditambahi tulisan stop untuk mempertegas bahwa motor ini berhenti. Sementara itu, sistem perpindahan giginya diadposi dari gaya berpindah gigi mobil cog swapping, tetapi dengan kopling tangan.
Mesinnya pun berkapasitas besar pada eranya, yaitu 800 cc. Kala itu, BMW sudah membuat R32 dengan mesin 486 cc. Dengan bentuk bodi yang aerodinamik dan pijakan kaki panjang, R7 memang dirancang untuk kecepatan tinggi sekaligus sebagai kendaraan yang elegan.
Sejumlah hal di atas ditambah teknologi baru lainnya membuat ongkos produksi R7 membengkak. Tak kalah apes, perang berkecamuk dan orientasi pembuatan motor pun dialihkan, salah satunya ke kendaraan perang. Oleh karenanya, BMW urung diri menghadirkan motor tersebut. Namun setelah restorasi berhasil, kini kita bisa melihat wujudnya sekaligus menilai-nilai, seideal apakah "motor hebat" bagi seorang Alfred Bouning dan BMW pada masa itu.
13 Jul 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar