"Karya batik tulis sebagai roh atau inti (core) pada karya seni batik peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia...." Sepotong tulisan yang tercantum pada secarik kertas pada setiap produk batik tulis Handayani asal Desa Beluk di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini sejatinya menampakkan geliat Batik Bayat dalam mengokohkan dirinya, khususnya sebagai salah satu sentra batik tulis.
Pada kawasan yang terletak sekitar 21 kilometer sebelah selatan kota Klaten tersebut, kini muncul pegiat batik belia. Ada Dewi dari Batik Purwanti. Ada juga Dyah Evi Kurniasari dari Batik MY di Desa Beluk, Bayat. Ketertarikan untuk melestarikan batik tulis itulah yang membuat Evi, panggilan akrab untuk lulusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, tersebut mengambil keputusan untuk kembali pulang ke desa dan meneruskan usaha keluarga ini.
Menurut pengalaman keduanya, batik tulis kini menghadapi tantangan mulai dari pewarnaan sampai dengan motif kreasi modern yang kini digandrungi pasar, termasuk produk-produk batik tulis yang tak sekadar jarit. "Konsumen saat ini juga membutuhkan pakaian, sarung bantal, penutup tempat tidur hingga hiasan batik," katanya pada Senin (4/7/2011).
Makanya, eksperimen terus-menerus adalah kewajiban untuk makin melanggengkan keberadaan Batik Bayat. Tak ketinggalan pula, terobosan-terobosan dalam menggamit pasar lebih luas adalah jalan utama untuk menebarkan kesejahteraan para pembatik. Pasalnya, bagaimanapun, pembatik adalah bagian dari ujung tombak perkembangan Batik Bayat itu sendiri.
11 Jul 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar