Asosiasi Gabungan Pengusaha dan Obat Tradisional (GP Jamu) mencatat kenaikan omset industri jamu hingga 10%. Omset Industri Jamu Januari-Juni 2011 mencapai Rp 5,6 triliun lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya Rp 5 triliun.
"Terjadi kenaikan 10%, ada penambahan pasar," kataKetua GP Jamu Charles Saerang kepadaMinggu (19/6/2011)
Charles menjelaskan kenaikan ini dipicu adanya perubahan pola pengemasan jamu oleh para produsen. Jamu kini sudah mulai dikemas dalam balutanan produk makanan minuman seperti teh, kopi dan lain-lain.
Selain itu, biasanya omset industri ini selama 6 bulan pertama lebih tinggi dari 6 bulan berikutnya. Para pedagang biasanya membeli dalam jumlah besar untuk disimpan sebagai persedian akhir tahun.
"Pengusaha mancari terobosan dengan kendaraan makanan dan minuman, tapi jamu sendiri nggak berkembang, lebih kepada produk aroma terapi, makanan dan minuman," jelasnya.
Ia menambahkan pada tahun 2010 lalu omset bisnis jamu mencatat kurang lebih Rp 10 triliun. Tahun ini diperkirakan ada sedikit kenaikan, namun serbuan jamu impor cukup membuat ketar-ketir para produsen jamu.
"Impor sampai sekarang masih tinggi. Rp 2-3 triliun per tahun, itu mengambil pangsa pasar kita. Mereka beriklan di surat-surat kabar, menjanjikan berlebihan," katanya.
Menurutnya jamu-jamu impor ini masuk ke semua segmen pasar dan jenis produk. Misalnya produk herbal impor pengobat kanker, herbal pelangsing tubuh, dan lain-lain. Charles berharap untuk menahan laju impor jamu ini pemerintah harus tegas dengan aturan impor dan pembinaan pada industri termasuk membantu penelitian jamu.
"Sampai sekarang nggak ada penelitian soal temulawak, jahe, kencur. Kalau itu ada maka hasilnya lebih mengena lagi," tegasnya
19 Jun 2011
Omset Industri Jamu Naik 10% Dipoles Lebih Moderen,
Label:
internasional
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar